Gara-gara niat ikutan NaNoWriMo taun ini, saya jadi semacam heboh nyari-nyari inspirasi dan panduan menulis. Padahal sebetulnya kan nggak perlu-perlu amat ya… Kalo mau lihai menulis, menulislah! Tapi ya namanya juga orang excited jadi wajar. 😛
Ke toko buku kapan hari, bukan beli buku tapi ‘survey’ novel jenis apa yang lagi laku sekarang ini. Ternyata masih novel tentang vampir-vampir kece. Aduh, nggak banget. Nggak demen bacanya, apalagi nulisnya. Di luar jenis novel ‘paranormal’, ada dua novel yang ide ceritanya menarik, menurut saya pribadi. Pertama dari novel When Patty Went To College karya Jean Webster.
Pura-pura sakit supaya masuk rumah sakit dan dijadwalkan ujian susulan, menciptakan tokoh siswi fiktif yang membuat heboh satu asrama, taktik unik dan lucu saat belajar di kelas agar tetap terlihat pintar…. Itu cuma sedikit dari segudang keisengan Patty. Ya, gadis cerdas dari sekolah asrama St. Ursula itu, kini melanjutkan studinya. Dunia kampus tak membuat keisengan Patty Wyatt berkurang. Bersama sahabatnya, Priscilla dan Georgie, mereka belajar, dan tentu saja, melakukan banyak keisengan. Ehm… mungkin lebih banyak melakukan keisengan dibanding belajar. Patty memanfaatkan kecerdasannya untuk berkelakar dan melakukan hal-hal jail demi kesenangan dirinya dan teman- temannya. Namun, hidup tentu tak selalu dapat diisi dengan kelakar. Bagaimanapun Patty harus menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang lebih luas selepas kuliah. Akankah Patty memahami hal tersebut, ataukah ia harus disadarkan dengan cara tertentu? Novel ini merupakan kelanjutan dari Just Patty. Kisah klasik yang penuh liku tentang gadis-gadis muda di kampus Amerika pada awal abad 20. Tak kalah seru dan kocak dibanding kisah Patty Wyatt sebelumnya.
Menarik kan? Tapi sayang itu novel terjemahan. Terus terang, saya semacam ‘alergi’ baca buku terjemahan. Hahahahaha!! *dilemparin becak sama pembaca* Maksut saya, kalo yang terjemahan kan musti beli di toko buku. Sedang kalo yang dalam bahasa asli, bisa baca online di sini.
Jean Webster tergolong penulis jadul alias jaman dudul ,,eh,,, jaman klasik. Berhubung literatur klasik adalah makanan saya banget, nama Jean Webster sama sekali tak asing di telinga saya. Komentar positif tentang karya-karyanya juga sering kedengaran. Tapi sayang, saya belum pernah baca satupun dari semua bukunya. Yang paling populer, Daddy Long Legs pun belum! Hehehehe… Tapi abis gini saya pasti bakal menghabisi karya-karya Jean Webster… wong ada di sini aja kok, tinggal pilih dan download.
Novel ke dua yang saya temukan cukup menarik di toko buku adalah Nina van Coupen by Alex Gunawan. Namun betapapun menariknya, saya tetep nggak minat beli, cukup baca sinopsisnya aja. (aslinya pengen beli cuman nggak punya duit)
Jember, 1941 Sebuah kota kecil di Jawa Timur yang tenang. Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Kehadiran Nina van Coupen mengguncang kota ini. Nggak tanggung- tanggung, nona Belanda ini melibatkan hampir seisi kota dalam konflik antara dua negara. Inilah kisah antara anak sang penipu dan putri Belanda. Walaupun agak “terpaksa”, persahabatan mereka terbukti mampu melawan preman bule SRMP (Sekolah Rakyat Menengah Pertama), bahkan ninja kiriman Jepang.
Menarik… Dari membaca sinopsis pendek itu, saya bisa membayangkan detil ceritanya. Maksut saya bukan detil cerita yang sudah ditulis Alex Gunawan, tapi detil cerita karangan saya sendiri. Entah nanti apa ya saya nulis yang model van Coupen gini, atau model Patty-nya Jean Webster, atau yang lainnya. Belum diputuskan.
Selanjutnya, buat yang serius pengen jadi penulis, kapan hari pas main ke perpus saya nemu buku yang oke banget buat calon penulis besar masa depan. Judulnya Themes for Writers yang disusun oleh Joyce S. Steward. Isi buku ini adalah wejangan-wejangan, tips, dan inspirasi dari penulis-penulis besar yang tiada duanya macam E.M. Forster, Isaac Asimov, William Faulkner, James Baldwin, Joseph Reynolds, F. Scott Fitzgerald, George Orwell, Henry David Thoreau, dsb. Mantab taaaak?!! Yang ini saya sudah baca, sumpah manteb banget bukunya! Pokoknya wajib dibaca semua yang pengen mengembangkan skill menulisnya. Lain kali saya ulaskan secara khusus. Sementara segini dulu,, capek ngetik. 😛